Dapat dolar gratiss.. tak kasih tau carane yo

Senin, 16 Maret 2009

antara pendidikan sex dan PMS, AIDS


Pendidikan seks yang komprehensif di sekolah, seperti diskusi mengenai tingginya angka kelahiran, bisa membantu menghindari kehamilan pada remaja. Pemberian pendidikan seks (sex education) di beberapa negara Timur masih menjadi perdebatan (pro-kontra) berbagai kalangan. Sebab, sejauh ini asumsi pendidikan seks masih terkait masalah hubungan seksual antarlawan jenis. Padahal, pendidikan seks yang komprehensif bisa membantu remaja menghindari kehamilan dini atau di luar nikah. Selain itu, pendidikan seks yang komprehensif mempunyai fungsi positif, diantaranya memberikan penjelasan kepada remaja soal ancaman bahaya hubungan seks bebas, ancaman tertular berbagai jenis penyakit kelamin, dan masalah tingkat kelahiran yang tinggi. Dengan adanya pemahaman yang baik soal seks, membuat remaja lebih berhati-hati.
Pendidikan seks terdiri dari dua segi, yang pertama yaitu pengetahuan secara biologis, termasuk pengetahuan alat-alat reproduksi perempuan dan laki-laki, proses reproduksi yaitu kehamilan dan kelahiran, dan pengetahuan dan pemahaman cara penularan PMS dan HIV/AIDS. Akan tetapi, sama pentingnya adalah pendekatan sosial/psikologis, yang membahas soal seks, perkembangan diri, soal kontrasepsi, mengenal perilaku seksual beresiko dan hak-hak manusia untuk keselamatan kita dan keputusan untuk melakukan hubungan seks. Menurut World Health Organisation (Organisasi Kesehatan Dunia), Pendidikan seks seharusnya tidak terbatas sampai pengetahuan biologis, tetapi berperan untuk melindungi kesehatan dan keamanan masyarakat lewat pendidikan.
Dengan demikian diperlukan pendekatan lain yang digunakan dalam sex education untuk mengetuk kesadaran akan bahayanya HIV/AIDS pada remaja.
Menteri Pemberdayaan Perempuan Meutia Hatta menerangkan, dari hasil survey 2004, sejumlah 93 % remaja tahu bahaya HIV/AIDS. Sejumlah 68 % sadar harus menunda seks hingga menikah. Bahkan 80 % dari mereka mengerti seks sebelum menikah melanggar kaidah agama. Namun, 44 % mengaku pengalaman seks dilakukan pada usia 16-18 tahun. Lalu, 16% melakukan seks pada usia 13-15 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa para remaja bukanlah tidak tahu, tetapi mereka dengan sadar melakukan hal yang melanggar. Survey lain mengatakan, hanya 5 % remaja yang mendapatkan pengetahuan seks dari orang tua. Bahkan 65 % remaja mendapatkan informasi tentang seks dari kawan-kawan mereka dan sejumlah 30 % lainnya mendapatkan pengetahuan seks dari film porno. Kurangnya pendidikan seks (sex education) terutama dari orang tua inilah yang menyebabkan remaja yang terkena HIV/AIDS akibat seks bebas semakin bertambah.

di olah penulios dari berbagai sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar