Dapat dolar gratiss.. tak kasih tau carane yo

Sabtu, 07 Februari 2009

HIV / AIDS


diambil dari rujukan yang ada di UKM GERMAN UM
HIV / AIDS merupakan masalah kesehatan yang relatif baru. Pada tahun 1981 banyak dokter di USA bingung karena sering dijumpai pria dewasa muda yang menderita penumonia oleh bakteri bukan pneumokokus maupun munculnya jenis kanker kulit yang jarang yang disebut sarkoma Kaposi’s. Penderita kedua penyakit ini mengalami kehancuran sistem kekebalan tubuh. Mulanya kedua penyakit hanya diamati pada kelompok homoseksual, namun ternyata dijumpai juga pada penderita hemofilia dan pengguna jarum suntik penyalahguna Narkoba/NAPZA. Pada tahun 1982 penyakit serupa juga muncul di Afrika.

Baru pada tahun 1984, virus penyebab penyakit ini dapat diidentifikasi dan diisolasi oleh peneliti di Perancis dan Amerika Serikat. Pada tahun 1986 mereka menamakan virus tersebut HIV penyebab AIDS. Saat ini telah ditemukan 2 jenis virus yaitu HIV-1 dan HIV-2. Sampai sekarangpun, asal mula virus HIV tetap merupakan rahasia yang belum diketahui.
Saat ini HIV dan AIDS sudah menyebar ke seluruh penjuru dunia dan menjadi masalah kesehatan penting di beberapa negara. Ada sekitar 23 juta penderita HIV yang diperkirakan hidup bersama masyarakat di seluruh dunia. Semuanya dalam kurun waktu 10 tahun akan menjadi AIDS. Diperkirakan 80.000 orang setiap hari diseluruh dunia ketularan HIV. Sembilan puluh persen penderita infeksi HIV hidup di negara berkembang, terutama di Sub-Saharan benua Afrika. Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan 10 tahun lagi akan ada 30-40 juta orang terinfeksi HIV di seluruh dunia dan 10 juta di antaranya berkembang menjadi AIDS. Delapan puluh persen penderita HIV adalah pria sisanya wanita dan hampir 90% mereka berusia 15-44 tahun, suatu rentang usia produktif secara ekonomi.
HIV adalah singkatan Human Immuno-deficiency Virus, sedang AIDS singkatan Acquired Immuno Deficiency Syndrome (sindroma defisiensi kekebalan yang didapat), yaitu penyakit yang disebabkan HIV yang menyebabkan lemahnya mekanisme sistem immunologi atau daya tahan tubuh.
AIDS semata-mata merupakan penyakit yang didapat karena gaya hidup atau pola perilaku manusia dan bukan karena keturunan/genetika maupun bukan merupakan komplikasi pengobatan jangka lama, seperti kanker.
Sindroma adalah kumpulan gejala atas suatu penyakit. Pada AIDS gejala yang muncul bermacam-macam namun semuanya berasal karena tubuh tidak mampu melawan penyakit. Yang penting diingat bahwa jika seorang sudah terinfeksi HIV maka dalam kurun waktu tertentu akan berkembang menjadi AIDS yang bergantung pada mekanisme daya tahan tubuh orang tersebut.
BAGAIMANA HIV MEMPENGARUHI TUBUH ?
HIV terutama merusak jenis sel darah putih (SDP) yang bermanfaat untuk melawan kuman penyakit. Ada beberapa jenis SDP pada tubuh manusia, 25% di antaranya limfosit. Sel ini akan meningkat secara alami bila tubuh diserang infeksi. Ada 2 jenis limfosit yaitu sel B dan sel T. Jika tubuh terinvasi kuman atau virus maka limfosit sel B mengeluarkan antibodi berupa bahan kimia yang dapat memusnahkan kuman penyebab penyakit. Fungsi utama sel B melacak, mengenali, dan membatasi penyebaran kuman.
Limfosit sel T diproduksi kelenjar timus, suatu kelenjar yang terletak di belakang bagian atas tulang dada. Bila tubuh diserang kuman maka sel T segera memperbanyak diri. Tiap sel T mengandung bahan kimia yang mampu membunuh kuman tertentu. Sel T juga disebut “sel pembunuh” karena di samping membunuh kuman juga membantu kerja sel limfosit B.

BAGAIMANA HIV MENYEBAR DI TUBUH ?
Terdapat 6 cara perkembangbiakan HIV dan mempengaruhi sel.
1. Masuk ke sel.
Beberapa membran SDP (permukaan luar) mengandung molekul yang disebut CD4, termasuk sel T. Bila HIV masuk ke tubuh, pertama kali virus mencari sel yang mengandung CD4 dan melekat. Sekali HIV terikat dengan CD4, membran virus dan sel akan melebur. Selanjutnya RNA, protein dan enzim HIV masuk ke dalam sel T. Walaupun HIV terutama menyerang limfosit sel T namun juga berpengaruh terhadap SDP lain yang mengandung CD4 meskipun tidak merusaknya. Sel-sel tersebut digunakan sebagai tempat berlindung virus terutama jika sistem daya tahan tubuh bereaksi mencoba memusnahkan HIV.
2. Reverse transcriptase.
Sekali RNA, protein dan enzim-enzim HIV masuk ke dalam bagian sel limfosit T (sitoplasma), dibentuk enzim “reverse transcriptase” agar mengubah RNA menjadi DNA, suatu unit dasar inti sel yang dapat diturunkan secara genetika.
3. Integrasi.
DNA yang baru dibentuk kemudian masuk ke dalam inti sel T dan bersatu dengan DNA sel T, sehingga jika sel T memperbanyak diri maka otomatis DNA virus juga bertambah. Seorang yang terinfeksi HIV dapat mengandung berjuta-juta sel DNA-HIV.
4. Transkripsi.
Sel T yang mengandung DNA-HIV tidak dapat membuat virus baru kecuali bagian RNAnya dapat memperbanyak diri. Untuk itu RNA tersebut harus diubah terlebih dahulu menjadi RNA khusus yang dapat “dikenali/dibaca” disebut “messenger RNA” melalui suatu mekanisme pembentukan oleh protein tertentu pada sel T yang terinfeksi. Proses pembentukan messenger RNA disebut transkripsi dan melibatkan enzim-enzim sel T yang terinfeksi. Bersama gen HIV dan protein yang membuat mekanisme sel T akan mengontrol jalannya proses transkripsi.
5. Translasi.
Setelah messenger RNA HIV dibentuk oleh inti sel maka selanjutnya diproses ke dalam sitoplasma guna memperpanjang rantai protein dan enzim HIV. Messenger RNA berfungsi sebagai “tanda” atau penuntun untuk membentuk protein dan enzim HIV. Proses memperpanjang rantai protein dan enzim virus disebut translation.
6. Assembly and budding.
Disini protein baru HIV, enzim dan RNA bergabung di sebelah dalam dinding sel T yang terinfeksi. Bersama itu protein pembungkus virus berada di dalam dinding sel T membentuk partikel virus immatur yang dapat memisahkan diri dari sel T yang terinfeksi. Partikel virus baru mempunyai sampul pembungkus yang meliputi protein HIV dan sel T terinfeksi. Penting diingat bahwa virus imatur tidak dapat menularkan infeksi.
Rantai panjang protein dan enzim yang dibentuk di bagian dalam sel yang terinfeksi dipotong menjadi beberapa bagian yang lebih kecil oleh enzim spesifik virus, yakni protease. Partikel virus yang terbentuk dapat menyebar ke sel T yang lain.

BAGAIMANA MEKANISME PENULARAN HIV / AIDS ?
Infeksi HIV menular melalui 4 cara utama yaitu melalui hubungan seksual, transfusi darah, suntikan (Intravenous Drug User/IDU), ibu ke anak selama kehamilan dan saat persalinan. Di India penularan HIV terutama melalui hubungan seksual (>74%).
Tidak semua cara penularan punya tingkat keefektifan yang sama, yaitu sejauh mana kemungkinan orang akan terinfeksi HIV melalui ke 4 cara penularan di atas dan umumnya dinyatakan dalam persentase (%). Keefektifan penularan melalui jarum dan alat suntik/IDU dapat mencapai 70%, transfusi darah 95%, hubungan seksual < 1%, ibu ke anak 40%.
Perlu diingat bahwa meskipun keefektifan penularan melalui hubungan seksual rendah namun di India menonjol, karena masyarakat di sana banyak yang berhubungan seksual secara bebas dibanding pemakaian jarum bersama /IDU maupun transfusi darah. Pengamatan sentinel di India juga menunjukkan 4.6-36% pasien yang berobat di klilnik penyakit menular seks mengidap HIV, sedangkan IDU 32-85.6%, selebihnya wanita hamil 0.5-4.25%.
Bila sudah terinfeksi HIV maka di semua cairan tubuh akan mengandung virus namun yang paling banyak di dalam darah, semen dan cairan vagina. Semen adalah getah kental keputihan yang berasal dari organ reproduksi pria, keluar bersama melalui saluran kemih. Cairan vagina adalah getah yang berasal dari dinding vagina yang berfungsi sebagai pelicin lorong pada sistem reproduksi wanita. Liang vagina berada di antara lubang air kemih dan dubur. Virus HIV mudah mati karena panas dan kekeringan.

4 Kondisi atau Syarat Penularan Virus HIV :
1. Harus ada virus HIV pada darah, semen, cairan vagina.
2. Virus harus hidup dalam waktu tertentu setelah keluar dari tubuh. Pada darah simpan bersuhu dingin virus dapat hidup lama, cukup bertahan pada cairan yang mudah kering, mudah mati pada cairan kering.
3. Harus ada tempat yang sesuai agar virus dapat masuk ke dalam tubuh. Kulit sehat efektif menghambat penularan, sehingga HIV tidak mungkin menularkan melalui kulit sehat. HIV lebih mudah masuk melalui luka pada kulit atau selaput lendir vagina dan dubur.
4. Jumlah virus hidup harus cukup. Bila tidak cukup maka belum tentu dapat menimbulkan infeksi.

Beberapa isu yang berkaitan dengan cara penularan HIV.
Penularan seksual.
Di India cara penularan HIV terutama karena hubungan seksual tanpa kondom dengan penderita HIV. Hubungan seksual per vagina adalah sumber penyebaran HIV yang paling menonjol dibanding hubungan sekual melalui anus (homoseksual). HIV hidup bersama sperma dan cairan seminalis. Cairan seminalis adalah cairan berwarna keputihan dan kental yang keluar sewaktu pria ejakulasi. Meskipun hanya sekali berhubungan seksual tanpa kondom bersama pasangan HIV maka dapat terkena infeksi. Apalagi jika kerap kali berhubungan seksual bersama pasangan HIV maka risiko penularan semakin tinggi.

Risiko penularan HIV pada wanita lebih besar dibanding pria karena :
1. Semen pria dengan infeksi HIV tertampung di dalam vagina, berarti kontak virus lebih lama. Selaput vagina juga sangat lembut.
2. Vagina mempunyai selaput lendir yang lebih luas dibanding mukosa saluran semen pria, berarti kesempatan virus masuk ke tubuh wanita lebih terbuka.
3. Banyak wanita dengan infeksi saluran reproduksi tidak merasa gejala penyakitnya sehingga mereka jarang berobat dengan tuntas. Infeksi ini memberi peluang masuk dan berkembangnya HIV.

Beberapa faktor yang mempermudah penularan HIV antara lain :
 Penyakit Menular Seksual.
 Homoseksual, karena anus dilapisi mukosa yang tipis dan mudah lecet.
 Hubungan seksual bersama wanita HIV saat menstruasi.
 Hubungan oral seksual tidak memperbesar risiko penularan HIV kecuali ada luka di mulut, misalnya sariawan.
 Transfusi darah. Dengan skrining darah yang ada saat ini risiko penularan HIV melalui transfusi menjadi sangat kecil. Namun hal ini tidak menjamin 100% bebas HIV sebab dalam 3-6 bulan pertama terinfeksi HIV belum terbentuk antibodi. Hasil skrining darah HIV masih mungkin negatif.
 Memakai jarum suntik secara bergantian pada pengguna NAPZA / IDU sangat berpotensi menularkan HIV (sharing needle) karena selalu ada sisa darah di dalam jarum dan alat suntik yang memungkinkan virus menular dengan cepat. Pecandu yang memakai jarum dan alat suntik steril tidak berisiko terinfeksi HIV.
 Tatoo jarum, tindik telinga atau hidung tidak mudah menularkan HIV selama digunakan alat-alat yang steril.
 Wanita hamil menularkan HIV kepada janin maupun pada saat persalinan.
 Menyusui tidak menularkan HIV kepada bayi. Beberapa penelitian menunjukkan terdapat virus HIV di dalam ASI karena itu ada yang tidak menganjurkan wanita HIV menyusui bayinya. Namun anjuran ini tidak secara menyeluruh diterima karena meskipun mengandung HIV tidak serta merta bayi akan selalu terinfeksi. Beberapa dokter di India tetap menganjurkan pemberian ASI kepada bayi meskipun ibu terinfeksi HIV.

BEBERAPA GAYA HIDUP YANG TIDAK MENULARKAN HIV / AIDS.
♣ Berpelukan.
♣ Berciuman.
♣ Bersalaman.
♣ Cium pipi, tangan dll.
♣ Batuk atau bersin
♣ Disengat serangga
♣ Tukaran pakaian
♣ Tukaran handuk
♣ Pakai peralatan bersama
♣ Makan dengan alat yang sama
♣ Berenang bersama
♣ Memakai toilet yang sama
♣ Bersama dalam kerumunan atau tempat umum
♣ Merawat penderita HIV
♣ Mencuci baju, selimut dll penderita HIV

APA SAJA GEJALA HIV / AIDS.
Seorang terinfeksi HIV umumnya tidak memunculkan gejala selama 3-10 tahun. Masa ini mungkin lebih panjang lagi jika daya tahan tubuhnya baik namun tetap dapat menularkan infeksi. Karena itu dianjurkan kepada siapapun yang melakukan hubungan seksual di luar pernikahan dengan pasangan yang tidak saling mengenalinya harus memakai kondom sebagai cara pencegahan yang aman.
Untuk memahami mengapa infeksi HIV tidak memunculkan gejala selama waktu yang lama, penting dimengerti apa yang terjadi pada tubuh setelah diserang virus HIV. Virus segera mencari dan berkembang biak pada sebagian besar sel T4 yang mengandung CD4. Selama periode awal infeksi darah banyak mengandung virus. Virus cepat menyebar dan menimbulkan infeksi di bagian –bagian tubuh terutama pada sistem getah bening.
Sistem getah bening adalah sistem yang memiliki jaringan kapiler luas, kompleks, berdinding tipis, bersaluran, berkatup dan menyatu. Fungsi jaringan getah bening antara lain membantu, melindungi, mempertahankan cairan tubuh dengan cara membuat, menyaring dan menyalurkan getahnya. Getah tersebut jernih , encer, bersirkulasi ke dalam jaringan getah bening / limfatik. Pada akhirnya cairan getah bening masuk ke pembuluh darah di leher.
Pada sistem getah bening terdapat tonjolan kecil yang disebut kelenjar limfe. Kelenjar menyaring getahnya dan membatasi infeksi melalui beberapa jenis sel darah yang terdapat pada kelenjar itu sendiri. Pengaruh infeksi HIV pada sistem getah bening menyebabkan jumlah total CD4 dan sel T di dalam darah turun sampai 20-40%. Selama 2-4 minggu pertama setelah terinfeksi akan dirasakan gejala seperti influenza akut (70%) berupa sakit kepala, demam, pembengkakan kelenjar limfe, lemes atau tidak sehat. Umumnya gejala tidak berat dan tidak menentu. Karena itu sulit untuk membedakan gejala karena infeksi HIV dengan infeksi virus lainnya. Pada saat timbulnya gejala seperti influenza, tubuh berusaha melawan virus melalui sel T sedangkan sel B membentuk antibodi. Maka jumlah virus berkurang dramatis dan kadar CD4 maupun sel T meningkat kembali hingga 80-90%.
Setelah melalui fase pengembangbiakan virus secara aktif dan tubuh memberi respons terhadap virus maka penderita tidak mengalami gejala apapun selama beberapa tahun. Dalam periode ini juga virus terus berkembang biak dalam bagian sistem getah bening. Banyak peneliti yakin bahwa hal ini disebabkan sel T mengalami keletihan dan menghilang setelah pada mulanya aktif membunuh virus. Kehilangan sel T membuat virus HIV terus berkembang biak. Sel T yang masih ada cenderung menimbun di darah sedangkan sebagian besar virus di jaringan limfatik.
Meskipun pengidap HIV tidak menunjukkan perkembangan gejala berat yang menetap selama hampir 10 tahun namun tidak demikian halnya dengan anak yang dilahirkan bersama infeksi HIV. Gejala HIV akan muncul dalam waktu 2 tahun setelah anak tersebut dilahirkan. Hal ini disebabkan karena daya tahan tubuh anak berkurang secara bertahap. Pada stadium ini akan muncul gejala AIDS berupa gejala infeksi oportunistik akibat kondisi daya tahan tubuh yang buruk. Pada keadaan daya tahan tubuh normal, infeksi oportunistik tidak mungkin menyebabkan penyakit.
Gejala AIDS dibagi menjadi 2 yakni gejala mayor (utama) dan minor (lainnya). Berdasarkan definisi AIDS yang dikeluarkan Badan Kesehatan Dunia (WHO), seseorang dikatagorikan menderita AIDS bila sedikitnya ada 2 tanda mayor dan 1 tanda minor serta tidak ada penyebab lain yang menyebabkan kerusakan sistem imunologi. Istilah penyakit yang berkaitan dengan AIDS (related to AIDS) digunakan jika terdapat beberapa tanda dan gejala maupun antibodi HIV namun tanpa 2 tanda mayor dan 1 tanda minor.

Tanda mayor AIDS
► Penurunan berat badan lebih dari 10% dalam waktu 1 bulan tanpa sebab yang jelas.
► Menderita deman menahun, terakhir lebih dari 1 bulan.
► Menderita diare menahun, terakhir lebih dari 1 bulan.

Tanda minor AIDS
► Batuk menetap lebih dari 1 bulan.
► Pembengkakan kelenjar getah pada beberapa bagian tubuh.
► Infeksi jamur di mulut atau tenggorokan, disebut kandidiasis atau sariawan
► Dermatitis berupa luka kulit yang gatal di seluruh tubuh.
► Herpes zoster berulang yaitu infeksi virus yang menimbulkan nyeri dan lepuh lepuh kecil di atas kulit sepanjang syaraf yang dipengaruhi virus.
► Herpes simpleks menahun yaitu infeksi virus lain yang mempengaruhi kulit dan sistem syaraf berupa lepuh kecil, hilang timbul, iritasi dan atau nyeri pada bagian perbatasan kulit dan selaput lendir mulut, hidung, saluran kemih.

Tambahan Keterangan Gejala
► Diare sering sekali dijumpai pada AIDS. Kotoran / tinja yang keluar encer, bening seperti air, kadangkala disertai nyeri seperti kram di perut dan muntah. Diare menahun serta badan yang kurus merupakan satu tanda penting gambaran AIDS. Bahkan juga dapat disertai demam terus menerus dan banyak keringat di malam hari.
► Umumnya batuk menahun memiliki ciri batuk yang tidak gampang diobati dengan pemberian obat biasa.
► Kelenjar getah bening yang bengkak umumnya berkelompok di ketiak, leher maupun lipat paha. Pembengkakan kelenjar tanpa disertai rasa nyeri di beberapa bagian tubuh merupakan salah satu tanda awal AIDS. Memang kita tahu bahwa setiap infeksi dapat menimbulkan pembengkakan kelenjar getah bening. Namun pembengkakan normalnya hanya pada kelenjar yang berada dekat dengan bagian tubuh yang terinfeksi.
► Infeksi jamur di rongga mulut disebut kandidiasis, juga adalah satu tanda umum AIDS. Seluruh lidah dan langit-langit diliputi lapisan tebal berwarna putih. Kandidiasis bisa membuat mulut kering, sulit menelan dan mengubah citra rasa makanan. Kandidiasis jarang timbul pada mereka dengan daya tahan tubuh normal karena tubuh dapat melawan infeksi dengan baik. Namun kandidiasis juga bisa menyertai orang tua bila daya tahan tubuhnya menurun, pada anak sakit berat, atau bayi yang tidak memperoleh ASI. Kandisiasis dapat berkembang pada vagina. Kandisiasis AIDS dapat menyebar hingga ke paru dan saluran pencernaan.
► Pneumonia Pneumositis Karinii adalah infeksi jamur paru yang mempunyai gejala mirip seperti pneumonia oleh karena infeksi bakteri. Jamur di paru merangsang batuk kering yang menetap serta dapat menyebabkan kematian bilamana jamur menyebar ke bagian tubuh lain.
► Tuberkulosis (TBC) adalah infeksi bakteri yang sering muncul pada stadium awal infeksi HIV. Kuman TBC menular melalui udara (droplet nuclei) yakni keluar saat batuk atau bersin. TBC sering menyertai stadium awal infeksi HIV, bahkan menjadi petunjuk pertama bahwa seseorang telah infeksi HIV. Di India risiko tertular TBC pada penderita HIV menjadi lebih tinggi karena TBC memang merupakan masalah kesehatan masyarakat. Di samping paru, TBC juga dapat menyebar ke bagian tubuh lain.
► Kompleks dimensia AIDS merupakan salah satu kondisi yang timbul karena virus HIV menembus blood brain barrier (sawar darah otak), bukan akibat infeksi oportunistik. Virus juga menembus lapisan syaraf di tulang belakang. Gejala dimensia AIDS meliputi bingung, depresi dan perilaku yang aneh/tidak biasa. Mungkin perhatian terhadap lingkungan hilang secara menyeluruh, acuh tak acuh dll. Pada tahap lanjut semua ingatan hilang, gerak tubuh menjadi tidak terkontrol atau lumpuh.
► Sarkoma Kaposis’s adalah jenis keganasan/kanker yang sering menyertai AIDS. Beberapa penelitian menunjukkan kanker ini disebabkan infeksi oleh salah satu kelompok virus herpes. Namun penelitian lain menunjukan kanker disebabkan oleh kelainan produksi sel darah. Jadi sarkoma Kaposis’s masih merupakan teka-teki, namun tetap merupakan petunjuk mutlak AIDS. Gejala sarkoma berupa benjolan kulit berwarna merah atau ungu, namun juga dapat muncul di bagian dalam tubuh seperti mulut, kelenjar limfe, usus dan paru.
► Meningitis kriptokokal adalah infeksi ragi kriptokokus neoformans (seperti jamur) Jenis ragi ini terdapat di tanah hampir seluruh dunia terutama yang terkontaminasi kotoran burung (kosmopolitan). Pada stadium awal, infeksi ragi mempengaruhi otak dan paru. Pada stadium lanjut akan mempengaruhi bagian tubuh lain. Meningitis kriptokokal acap timbul pada penderita HIV dengan jumlah CD4 < 50. Gejala meningitis umumnya berupa demam, sakit kepala ringan kemudian berlanjut dengan mual, muntah, sakit kepala berat dan pandangan kabur.

BAGAIMANA CARA MENDIAGNOSIS HIV ?
Diagnosis HIV dapat ditegakkan melalui prosedur pemeriksaan darah. Ada 3 cara utama pemeriksaan darah HIV yaitu mendeteksi antibodi, mengidentifikasi virus dan menghitung jumlah virus, serta menetapkan dan memperkirakan jumlah sel T di dalam darah. Yang paling umum dipakai adalah tes mendeteksi antibodi HIV, disebut ELISA. Tes ini banyak dipakai sebagai pemeriksaan awal HIV karena relatif murah, mudah dan sensitif.

Makna hasil pemeriksaan HIV.
Hasil pemeriksaan negatif (-) dapat diartikan sebagai :
♠ Tidak terinfeksi HIV.
♠ Terinfeksi tetapi tubuh belum membentuk antibodi HIV.

Hasil pemeriksaan positif (+) pada seorang anak berusia > 15 bulan :
♠ Sudah mempunyai antibodi terhadap HIV.
♠ Antibodi mengindikasikan orang terinfeksi HIV sehingga dapat menularkan virus.

Hasil pemeriksaan positif pada anak < 15 bulan :
♠ Terinfeksi HIV
♠ Memperoleh antibodi HIV dari ibunya yang normalnya menghilang setelah 15 bulan.
♠ Pemeriksaan diulang setelah anak berusia >15 bulan untuk memastikan apakah ada infeksi HIV atau tidak.

KESIMPULAN
 Penyakit HIV/AIDS merupakan penyakit akibat gaya hidup atau pola perilaku individu yang ada kaitannya dengan kebiasaan melakukan hubungan seksual di luar pernikahan dengan penderita HIV.
 HIV mudah sekali menular jika di antara pecandu Narkoba khususnya Heroin / Narkotika saling bertukar jarum dan alat suntik.
 Virus HIV rentan / mudah mati pada suhu panas dan cairan tubuh yang sudah kering.
 HIV tidak menular antara lain dengan cara berjabatan tangan, berciuman atau melalui batuk dan bersin.
 Gejala dan tanda klinis HIV timbul setelah virus berada lama di dalam tubuh umumnya > 3 tahun akibat rusaknya sistem kekebalan tubuh.
 Diagnosa HIV ditegakkan dengan cara pemeriksaan darah, paling sering mendeteksi antibodi yang terbentuk akibat invasi virus HIV (tes ELISA).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar